Rabu, 19 Oktober 2011

MISI

Suatu komunitas terkadang harus menunjukkan eksistensinya, meskipun terlalu banyak yang harus dikorbankan. Dari harta sampai nilai dan norma yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan. Keadaan sekeliling yang ada hanyalah serangkaian kejahatan yang disengaja. Tugas seluruh anggota komunitas adalah mengumpulkan upeti yang harus diserahkan kepada pemimpinnya dengan cara merampok, mencuri, membunuh dan segala cara yang kejam lainnya. Karena memang itulah aturannya. Hukum mati telah tersedia jika, ada anggota komunitas yang mengumpulkan upeti dari hasil yang diperoleh tidak dengan cara kejahatan. Hak veto sesungguhnya dipegang oleh sang pemimpin. Hanya seorang pemimpin saja yang boleh berbuat baik. Maka pemimpin dan para asistennya yang menyediakan makanan, minuman, dan semua kebutuhan anggotanya. Namun demikian, Pemimpin itu sangat adil. Ia juga sangat senang jika dipuji terutama mengenai rumahnya, hartanya yang berlimpah karena upeti yang dikumpulkan oleh anggotanya. Meski ia menyadari akan keadaan komunitasnya yang bejat, tetapi ia tetap menghormati kaum pamerintahan yang dipimpin oleh seorang gubernur.

Gubernur bukan membiarkan komunitas yang membuat kekacauan itu, namun belum mendapatkan cara yang tepat untuk menangani mereka. Akhirnya, sang gubernurpun mengutus seorang asistennya yang paling cerdas untuk menangani kasus ini. Asisten tersebut menyadari bahwa kasus ini tidak mudah diselesaikan. Maka ia pun berkunjung ke rumah pemimpin komunitas tersebut dengan mengatasnamakan utusan dari gubernur. Dengan senang hati pemimpin tersebut menerimanya. Pemimpin itu terus bercerita akan megahnya rumah yang ia miliki, hartanya dan semua yang dimilikinya. Setelah dua jam, kunjungan itupun selesai. Asisten gubernur pamit untuk pulang. Namun, ia tidak pulang melalui jalan ketika ia berangkat. Ia justru menyusuri di sepanjang pipa di belakang rumah pemimpin komunitas itu. Esoknya asisten tersebut tidak datang ke rumah pemimpin itu lagi. Ia mempersiapkan batu permata yang akan ia kirimkan untuk pemimpin komunitas itu. Ia tidak akan membawanya kesana, karena sudah pasti jika ia membawanya sendiri maka ia akan dirampok.

Hari semakin senja, pemimpin komunitas bejat itu akan mandi, maka ia menghidupkan kran air bak mandinya. Tetapi, ia heran airnya tidak mengalir deras dan semakin lama semakin sedikit dan akhirnya air itu tidak mengalir lagi. Perlahan ia buka kran dengan paksa hingga kran itu pun jebol. Air muncrat ke segala arah, lalu menggelindinglah sebuah batu permata berbentuk prisma yang sangat indah. Ia pun terkejut dan mengambil batu permata tersebut kemudian menyimpannya. Setiap malam ia tidak berhenti berfikir, mengapa batu permata itu bisa ada di dalam pipa bak mandinya. Lalu, ia ingin mencoba mengamati batu permata itu, apakah asli atau palsu. Ia membawa batu permata itu ke pinggir jendela yang ditembus langsung oleh sinar matahari. Begitu terkena sinar matahari, batu itu berkilau mengeluarkan warna-warna yang sangat indah dan beragam. Maka, pemimpin tersebut mengambil sebuah layar berwarna hitam dan membantangkannya untuk menangkap warna-warna sinar itu. Warna-warna itu kemudian memudar, namun tiba-tiba memunculkan huruf demi huruf yang akhirnya ia mendapat apa yang dipikirkannya selama ini. batu permata berbentuk prisma itu membawa pesan untuknya agar ia datang menghadap gubernur.

Dengan persiapan yang penuh, pemimpin komunitas itu menghadap gubernur dan menunjukkan batu permata yang didapatnya. Gubernur menawarkan perdagangan terhadapnya. Tawaran tersebut ialah, gubernur mempersilahkan kepada komunitas itu untuk merampok rakyat yang dipimpinnya, namun dengan syarat mereka harus menyerahkan satu keluarga yang berasal dari komunitas mereka untuk diserahkan kepada gubernur setiap kali mereka merampok. Selain itu, mereka dilarang membunuh rakyat yang dirampoknya. Pemimpin komunitas itu marah dan berusaha berontak, namun dengan sigap asisten gubernur menunjukkan sebuah peta tentang rumahnya yang telah dipasangi oleh bahan peledak. Jika ia tidak menyetujui perjanjian itu, maka rumah dan sebagian komunitasnya akan hancur dan mati sia-sia. Maka pemimpin itupun tidak bisa berbuat banyak.

Hari semakin berganti, jumlah komunitasnya semakin sedikit karena harus ditukar oleh barang-barang yang mereka rampok. Sang pemimpin bingung karena harta yang diperoleh tidak sebanding dengan anggota komunitasnya yang ditukar. Hingga akhir ia mengalami kerugian yang maha dahsyat. Ia hanya tinggal memiliki satu orang pembantu dan dua orang asisten saja. Hartanya habis. Maka ia pun pergi menghadap gubernur. Sesampainya disana, gubernur menunjukkan suatu tempat yang membuatnya sangat terkejut. Anggota yang selama ini ia tukar kini menjadi sebuah komunitas baru. Mereka bercocok tanam, berdagang dan tidak lagi berbuat kejahatan. Maka pemimpin itu pun tertunduk lesu dan menyerah. Ia memutuskan untuk bergabung dan mengabdi kepada gubernur. Langit yang dulu mendung menyelimuti daerah itu, kini kembali membiru. Sampai tiba saatnya “Dor!” suara pistol terdengar dari ruang kerja sang Gubernur. Semua orang tergopoh-gopoh dan tidak ada satu pun yang berani melawan. Singgasana gubernur berpindah tangan, menjadi milik asistennya sendiri. Mendung kembali menyergap daerah itu. Nilai kembali dicabut, norma kembali hangus dan kebaikan sirna. Kabut menebal, menyaksikan sang gubernur baru memimpin keanekaragaman kejahatan terencana yang lebih besar.

SEKIAN

1 komentar:

  1. aku bingung sama ketuanya. kenapa ketuanya bisa menyuruh orang berbuat jahat padahal ia orang yang tidak suka berbuat jahat? kalo kata orang orang baik mainnya sama orang baik begitupun sebaliknya. kedua, ketua-nyakan punya hak untuk nyuruh anak buahnya berbuat kejahatan, kenapa gak suruh bunuh aja gubenurnya?
    hehe.. hanya berceloteh, disuruh sama mas didin.:)
    maaf kalo salah-salah kata.

    tapi aku suka ceritanya kreatif pemikirannya. batu didalam brankas.
    salam nulis

    BalasHapus