Sabtu, 10 Desember 2011

sandal (belanda)

Siang itu ku berjalan di sebuah lorong sepi bersamanya, ku lihat air mukanya yang pucat seperti orang belanda itu, tapi terus saja kami berjalan “ sayang, kita istirahat dulu ya?” pintanya pada ku, ku gapit lenganya dan ku seret pergi berjalan lagi, ia meronta-ronta ingin ku lepaskan , tapi tetap ku acuhkan hingga tiba-tiba ia berteriak “ Hei, berhenti ! “ teriakannya itu tetap tak ku perdulikan, di tengah garangnya matahari begini dia minta berhenti , lagi pula tempat ini sangat sepi ,bagiman kalau tiba-tiba ada orang jahat yang menghadang kami, fikirku, jadi terus saja aku berjalan. Hingga akhirnya ia menangis, tapi aku diam saja. Mungkin karena dia merasa ku acuhkan dan tak kuperdulikan dari  tadi lantas dia di menendangku dan berkata “ kita putus !” saat itu seolah-olah  halilintar menyambar di siang bolong, aku sangat terluka hingga air mataku menangis , ku pandangi dia dengan tatapan nanar  sambil ku bisikkan sesuatu padanya “ huh, sudah putus padahal baru kemarin ayah membelikan sandal ini dari belanda”




Lisa 

4 komentar:

  1. akhirnya.. bukan faro lagi!

    bukan terlantar, tapi telantar. bukan fikir, tapi pikir.
    bye...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. ce-ce-em tercinta. semoga kamu cepat di update lagi ya. amin... T_T :)

      Hapus
  2. mampir ke www.belajarfiksi.blogspot.com, cerpen kita dibayar di sana

    BalasHapus